Sabtu, 04 September 2010

Pantulan dalam kaca

Pantulan dalam kaca...
Membiaskan bayangan diri
Dari siapapun yang menghadapnya
Pantulan dalam kaca...
Engkau selalu nyata
Menampilkan segala sesuatu apa adanya
Pantulan dalam kaca...
Selalu juara untuk berkata jujur
Tak pernah membohongi hasil dari biasanmu

Tapi kau kurang satu...
Kau terlalu naif untuk membaca ekspresi
Meskipun sudut biasmu tak sebesar sudut datangmu
Kau juga terlalu bodoh untuk menutupi semua yang ada
Membuatku benar-benar tak sanggup
Tak sanggup untuk menatap pantulan diriku
Karena kau tak bisa menghilangkan sedikit saja Sedikit penat hatiku
Juga semua yang berusaha ku tutupi
Itu semua karena kejujuranmu
Dan karena engkau adalah pantulan dalam kaca

2nd Chanche

Who knows why...
When...
Where...
And how it can be done
Maybe,I just human
Who knows which true or false
Always try what I never try

If the horse walk in the street
And suddenly it fall
Fall to the hole
I'm sure...
Tommorow it won't never again
You know why?
Cause everything and everyone won't had the 2nd wrong
So,why with the human?
Although we're ever fall
But,we will get the chanche
2nd chanche to recover the last wrong
And did the best ever

Someone 'R'

I know
You're just an imagine
Who stay in my mind
Not more
Just I'd say last

I know
I'm can't lost you
From everything I did
And from my d ream
But...just it

I know
Not easy to have what we want
Like you...
Who always I want to be mine

And you know,too
Tou're always be my 'R'
Someone who teach me how to up
Until I know what I want in this life

Ini apa?

Sulit...
Sangat sulit untuk disebut apa namanya
Teramat rumit untuk dipecahkan semua
Juga betapa sakit bila slalu dirasa
Aku bingung...
Aku tak tahu harus apa
Diam saja atau menafsir segalanya
Tapi susah...karena ku tak bisa menetralisir
Aku juga tak bisa memfonis
Apa sakit yang kurasa kini...
Aku lelah...
Aku letih menjalani semua kenyataan ini
Ingin ku berteriak sekuat tenaga
Di sebuah lorong yang dapat memantulkan suaraku
Agar segala konflik batin inipun reda
Tak lagi memuncak
Hingga menyesakkan sakit yang teramat pedih

Minggu, 07 Maret 2010

Pasir dalam genggaman

Jangan pernah tanyakan
Kepada butir-butir pasir
Mengapa terhempas begitu saja
Di tepian tiap pantai
Jangan tanyakan lagi
Apa rasanya tercampakkan begitu saja
Terbawa ombak
Hingga hilang bersama deburnya
Dan janganlah coba tuk tanyakan
Pedih perih terinjak di tiap hamparan
Tak ada yang memperdulikan
Bahkan hanya akan sirna dilanda semilir angin
Tapi cobalah tuk kau jaga
Kau genggam dengan sekuat tenaga
Dan jangan biarkan raga berkata
Tuk melepas genggaman yang ada
Tetaplah...
Tetaplah kau genggam dengan jiwa
Jangan sampai meluap dan kembali seperti sedia kala

Cupid

Cupid...
Segalanya di dunia ini mungkin
Matahari ada terbit juga terbenam
Laut dapat pasang juga surut
Hidup bisa susah juga senang
Tapi tidak kau
Kau tak tampak untuk jadi mungkin
Kau juga tak mungkin untuk tampak
Hingga yang memanti kau tak ujung reda

Cupid...
Mungkin tak semua hal sama
Terkadang apa yang kita coba
Seringkali tiap yang kita bina
Sesuai dengan rencana
Aku lelah
Lelah karena ku tak juga kuasa
Meraih kau..
Menggapai kau...
Tuk ku bawa ke alam yang benar-benar nyata

Inginku

Ku ingin memetik gitar
Untuk kuresapi semua
Tiap petikan nada yang mengalun
Mewakili alunan rasa

Ku ingin memulas lukisan
Agar kudapat memperindah
Juga memperbaiki
Segala ketidakkontrasan yang ada

Semua semata-mata
Hanya melengkapi segala kerumpangan
Daripada suatu rasa
Yang menanti setitik cahaya

Cerpen

LULIABY

Luliaby...kenapa lo datang lagi...? kenapa lo hadir di setiap malam gw...?pliz pergi! Gw benci sama keindahan yang ada di diri lo...pliz pergi...!
Kara terbangun dari tidurnya. Ia melirik ke arah jam weker di samping temoat tidurnya. Jam 02.00 WIB. Lagi-lagi Kara di datangi mimpi itu. Luliaby. Mengalunkan segala mimpinya. Dengan masih setengah shock, Kara mencoba kembali terlelap dalam tidurnya. Berharap luliaby tidak akan menghantuinya lagi.
***

Pagi hari yang cerah itu, Kara melangkahkan kakinya di pekarangan sekolahnya. Kemudian ia memasuki sebuah ruang kelas. XI IPA 4. Kara meletakkan tas ransel mickey mousenya di bangku kedua dari belakang. Kara menengok ke kanan dan ke kiri. Seperti mencari sesuatu. Lalu, ia melangkahkan kakinya keluar kelas. Saat me,ewati kantin, Kara mendapati sesuatu yang ia cari. Adel, Vesha, dan Putri. Sahabat-sahabat karibnya yang kini tengah duduk di sudut kantin sambil ketawa-ketiwi.
"Hai Ra...! Kok baru dateng?" ucap Adel yang menyadari kedatangan Kara.
"Kara nggak menjawab, tapi langsung duduk di sebelah Putri.
"Kenapa sih? Kok kayaknya lo suntuk gitu?" tanya Putri pada Kara.
Lagi-lagi Kara diam.
"Say...lo kenapa sih?" ulang Putri.
Kara masih diam.
"Lo mimpi itu lagi?" tebak Vesha.
Kara mengangguk, tetapi masih bungkam.
"Sabar ya, Ra. Gw yakin, lo pasti bisa ngadepin semuanya!" tanang Adel.
"Gw nggak sanggup kalau harus begini terus, guys...Gw capek! Gw bingung!" ucap Kara akhirnya.
"Kita ngerti kok, Ra. Kita kan sobat lo!" tenang Adel.
"Thanks...!" Kara berkaca-kaca.
"Jangan nangis gitu dong, jelek tau!" ledek Putri.
"Sial lo...!" ucap Kara setengah tersenyum.
***

Pelajaran pertama selesai. Bel yang menjerit itu menandakan pergantian jam di sekolah Kara. Sekarang adalah giliran pelajaran kedua. Fisika. Pelajaran yang paling rumit, sulit, tetapi asyik bagi Kara. Bagi Kara, fisika adalah pelajaran yang menantang. Tetapi semalam Kara nggak sempat mengulas pelajaran inilagi karena terus memikirkan cara untuk menghilangkan nyanyian tidur yang selama ini merasuki mimpinya.
"Pagi semua!" Pak Sastro, guru fisika memasuki kelas.
"Pagi pak...!" ucap murid sekelas dengan serempak.
"Baik, langsung saja kumpulkan tugas kalian!" ucap Pak Sastro.
Kara shock. Gelisah. Bingung. Ia benar-benar nggak tahu. Tugas apa? Kara terbengong-bengong. Sementara teman-teman lainnya mengumpulkan tugas.
"Ra! Mana tugas lo?" tanya Putri, teman sebangkunya.
"Emang ada tugas, Put?"
"Bercanda lo! Mana tugas lo?"
"Gw serius, tugas apaan?"
"Lo lupa beneran? Itu loh,tugas latihan gerak melingkar. Masa lo lupa?"
"Duh...Mampus gw!" panik Kara.
Mau nggak mau, akhirnya Kara melangkahkan kakinya ke luar kelas diikuti oleh tatapan aneh dari Pak Sastro, Tatapan bingung. Kara yakin, pasti Pak Sastro nggak nyangka kalau Kara bakalan nggak ngerjain tugasnya. Seorang Kara yang rajin meskipun dia nggak sepintar Vesha yang motabanenya adalah juara kelas di kelas XI IPA 4.
Kara nggak berani menatap Pak Sastro. Dia langsung melangkahkan kakinya keluar kelas. Tiba-tiiba, ia merasa ada langkah kaki yang mengikutinya keluar kelas. Kara menengok. Ternyata Davi.
Huh...Lagi-lagi dia!
Kara berdiri di depan kelas untuk menjalani hukuman sampai bel jam istirahat pertama berbunyi. Kara menengok ke samping. Davi sedang senyum-sentum ke arahnya. Kara refleks melotot ke arah Davi.
"Galak banget sih!" ucap Davi ngeri.
"Udah tau gw galak, kenapa masih ngikut-ngikutin gw?"
"Ngikutin lo? GR banget lo!!!'
"Nggak usah pura-pura deh! Gw tau, lo pura-pura nggak ngerjain tugas kan?" sebel Kara.
"Davi hanya tersenyum.
"Ih...Malah senyum-senyum lagi!" sebel Kara makin menjadi.
***
Kara memandangi langit-langit kamarnya. Ia bekum mengantuk. Karena dengan mengantuklah ia akan tertidur dan dengan tertidurlah ia akan menghadapi kenangan buruk itu lagi. Kara takut di tidurnya akan muncul luliaby lagi. Kara benar-benar down. Ia mencari-cari masalah supaya nggak menghadapi masalah itu lagi. Karena ini semua benar-benar mengganggu hidupnya, sampai-sampai mengganggu sekolahnya juga.
Kara mencoba untuk calm down. Ia menimbang-nimbang saran sahabat-sahabatnya. Mereka bilang kalau Kara sebaiknya mencari cowok baru untuk melupakan orang yang telah menghadirkan luliagy di setiap malamnya. Kevin. Cowok itu telah mengusik hidup dan ketenangan Kara. Ya. Kevin adalah cowok Kara, mantan tepatnya. Awalnya semua fine-fine aja, tapi semenjak kejadian itu semua kebahagiaan seketika lenyap. Kejadian dimana saat Kara dan Kevin pulang dinner dan tiba-tiba motor Kevin menabrak sebuah mobil an membuat Kara tak sadarkan diri. Setelah Kara sadar, ia telah ada di ruang UGD dan ia begitu shock saat tahu Kevin tak dapat diselamatkan lagi.
Sejak saat itulah, setiap malam Kara selalu bermimpi dimana ada seorang cowok yang mengalunkan nyanyian tidur yang teramat sangat indah. Luliaby. Kara terasa sakit di hatinya saat luliaby itu datang.
***

"Hai guys...!" Kara menyapa teman-temannya di kelas pagi itu.
"Cerah banget nih keliatannya!" ucap Vesha.
"Iya nih, ada apa?" sambung Putri.
"Masa sih? Biasa aja kali!" ucap Kara.
"Tapi gw ngerasa lo lebih mood deh, lo udah setuju sama ide kita ya?" tebak Adel.
"Ide apa?" bingung Kara.
"Atau lo udah dapet cowok baru?" tambah Adel.
"Oh itu...Ya nggak lah!" jawab Kara.
***

Kara duduk di halte depan sekoahnya. Ia menunggu bus yang akan mengantarnya pulang sekolah di siang hari yang terik itu. 5 menit. 10 menit. 15 menit. Bus itu tak lewat-lewat juga. kara terpaku dan menatap sudut jalan. Sampai akhirnya di depannya ada seorang nenek yang hendak menyebrang dan dari kejauhan Kara melihat ada sebuah bus menghampiri nenek itu. Kara refleks berteriak ke arah si nenek.
"Nek...Awas!!!" teriak Kara.
Bus itu semakin mendekat dan Kara menutup mata dengan kedua tangannya karena ngeri ngeliat apa yang akan terjadi pada si nenek. Suasana sepi. Aneh. Seharusnya kalau ada kecelakaan suara akan ramai oleh orangorang. Kara mulai memberanikan diri untuk membuka matanya. Kara melihat seorang cowok berhelm dan memakai almameter sekolahnya memeluk nenek itu dan meminggirkan nenek itu. Kara yakin itu adalah teman sekolahnya. Karena almameter yang dipakai cowok itu.
"Wow...Hero banget tuh cowok! Udah cakep, baik pula! Sampe nekat loncat dari motor demi nyelametin nenek itu!" puji cewek di sebelah Kara.
Kara melihat cowok itu memberikan sebotol minuman kepada si nenek. Lalu cowok itu melepas helmnya. Jduer...Kara shock melihat wajah cowok superhero itu.
"Davi...!" kaget Kara.
Davi menengok ke arah Kara setelah meninggalkan nenek yang telah disebrangkan oleh orang-orang. Davi tersenyum ke arah Kara. Kara bingung mesti ngapain.
"Hai, Ra...! Belum pulang?" tanya Davi.
"Lagi nunggu bus"
"Gw anter aja ya!!!" ajak Davi.
"Nggak usah, Dav!" tolak Kara.
"Ayo dong! Kan gw sekalian lewat depan rumah lo!"
Kara bingung. Setengah mau, setengah nggak. Sebenernya sih mau daripada harus nunggu bus. Tapi setengahnya lagi...gengsi bo!
Kara akhirnya mengangguk. Ia naik ke motor Davi. Di perjalanan, tak sepatah katapun keluar dari mulutnya. Sampai tak terasa sudah sampai di depan rumahnya.
"Thanks ya, Dav!" ucap Kara.
"Sama-sama!" jawab Davi.
"Gw salut sama lo!" ucap Kara.
"Salut apa?"
"Lo berani banget nyelametin nenek tadi"
"Biasa aja kali! Gw juga salut banget sama teriakkan lo yang kenceng banget. Tapi lain kali jangan teriak doang ya!" ledek Davi.
"Sial lo...!"
"Ok, gw duluan ya!" pamit Davi.
"Ok, dah...!"
Kara menatap langit-langit kamarnya. Ia membayangkan peristiwa tadi. Dalam hati, ia memuji-muji Davi. Kara bingung kenapa selama ini ia benci banget sama Davi. Tepatnya sama semua cowok. Kara bener-bener nggak mau nyari pengganti Kevin. Tapi karena kejadian tadi, Kara jadi berniat ngerubah prinsipnya. Kara bertekad untuk membuka hatinya lagi. Mungkin Davi. Pokoknya mulai detik ini!
***

Hari berganti hari. Semakin hari Kara dan Davi semakin dekat. Tepatnya setelah kejadian itu. Kara mulai bisa tersenyum lagi, meski luliaby masih hadir tapi kini telah berkurang.
Hingga suatu hari sepulang sekolah, tumben-tumbenan Vesha mengajak pulang bareng Kara, Putri, juga Adel. Kali ini pakai mobil Vesha. Kara, Vesha, dan Adel menunggu Putri yang belum nongol-nongol juga. Mereka menunggu didalam mobil karena nggak tahan sama panas di luar.
"Tumben banget nih, Sha. Ada apa lo nebengin kita-kita?" heran Kara sambil bersandar di jok belakang mobil Vesha.
"Tenang aja deh, Ra. Kita kan mau makan-makan!" ucap Vesha.
"Dalam rangka apa?" tanya Kara.
"Liat aja entar" jawab Vesha.
Tak lama kemudian, jendela mobil Vesha diketukketuk. Ternyata Putri. Vesha membuka jendela mobilnya.
"Sorry lama. Gw nungguin dia dulu nih!" ucap Putri di luar jendela sambil menunjuk cowok dibelakangnya.
Davi! Kara bingung.
"Davi ikut kita juga?" bingung Kara.
"Ya pasti lah...!' ucap Kara sambil senyum-senyum.
Tiba-tiba Vesha keluar mobil lalu menghampiri Putri. Kara bingng karena saat itu Davi masuk dan duduk disamping Kara.
"Kita bertiga beli minum dulu ya! Haus nih..." ucap Putri.
"Ada apa sih?" bingung Kara.
"Udah deh, ntar kita beliin deh" ucap Vesha sambil menutup pintu dan pergi bersama Adel dan Putri.
Suasana hening. Didalam mobil itu cuma ada Kara dan Davi. Berdua. Hanya berdua. Tiba-tiba Davi angkat bicara.
"Ra...Aku mau ngomong sesuatu sama kamu!"
Kara shock. Aku kamu? Aneh banget.
"Aku udah denger semuanya dari temen-temen kamu. Semuanya tentang kejadian buruk dan luliaby yang kamu alamin" lanjut Davi.
"Maksudnya?"
"Aku seneng pas temen-temen kamu bilang kalau semenjak deket sama aku, kamu mau senyum lagi. Dan kamu maungebuka hati kamu lagi" jelas Davi.
"Bocor banget sih mereka!" sebel Kara.
Tiba-tiba Kara merasakan kehangatan di tangan kirinya. Davi menggenggam tangannya. "Ra, aku sayang sama kamu. Mungkin aku selama ini keliatannya nyebelin. Tapi itu semua semata-mata biar kamu care sama aku. Biar kamu nggak cuek l;agi sama aku. Kamu mau kan jadi cewek aku?" ucap Davi dengan 'face' serius.
"Tapi..." ragu Kara.
"Plis, Ra. Izinin aku sayang sama kamu. Izinin aku bantu kamu ngilangin kenangan kenangan buruk dan ngubah luliaby kamu jadi indah. Izinin aku ngisi hati kamu, Ra...!"
Kara mengangguk. Nggak mampu ngmong apa-apa. Davi pun tersenyum dan mengelus-elus rambutnya. Sekarang Kara tahu, apa yang dimaksud teman-temannya dengan makan-makan.
Thanks tuhan...Sekarang udah ada Luliaby indah untuk gw...Mudah-madahan sekarang Davi yang bakal hadir jadi Luliaby gw...Luliaby yang indah...Yang penuh hari-hari gw dan Davi...

Sabtu, 13 Februari 2010

Kamus Annis

Bahagia adalah rasa dari lubuk jiwa. Tenang. Tentram. Tanpa ganjalan di dalamnya. Bahagia hanya terasa apabila perasaan di dasar hati berbunga. Memupuk sega benih yang akhirnya memberikan kebahagiaan itu sendiri.

Bahagia adalah kelegaan melihat orang yang kita sayang bahagia. Perasaan yang mengalir itu senantiasa terkecap oleh kita, sehingga perasaan bahagia itu datang sendirinya. Sendiri. Hadir tiba-tiba bagai kepulan asap dari kepulan asap yang ada.

Bahagia adlah rasa syukur karena kebahagiaan yang di dapat. Hanya kesyukuran hatilah yang membawa hati kita merasa bahagia karenanya. Simple. Tetapi sangat menyayat diri jika tak terdefinisikan apa bahagia itu.

Rasa Ini

Sayup suara angin berhembus
Hilir anak sungai berdecik
Seperti bingung atas apa yang di rasa
Gundah...
Bagai setelit yang tak tahu harus berotasi ke planet apa

Andai semua ada penjelasannya
Terdefinisi dengan kata-kata
Tidak seperti ini
Semua hanya fatamorgana
Rasa ini...
Akhirnya tak menentu
Tak memiliki klimaks yang utuh
Suram, juga buram
Namun tetap terasa sebagai perasaan

Kosong

Kosong...
Kemanakah harus dihindar?
Kosong...
Dimana bisa di buang?
Walau terus mencari tiap solusi
Meski senantiasa melakukan reaksi
Tetap...
Tetap kosong yang merasuk

Semua sama seperti cangkang
Cangkang telur tanpa isi
Kosong...
Hanya sendiri, sepi, dan meratapi

Inginku

Ku ingin memetik gitar
Untuk ku resapi semua
Tiap petikan nada yang mengalun
Mewakili alunan rasa

Ku ingin memulas lukisan
Agar ku dapat mamperindah
Juga memperbaiki
Segala ketidakkontrasan yang ada

Semua semata-mata
Hanya melengkapi segala kerumpangan
Daripada suatu rasa
Yang menanti setitik cahaya

Sabtu, 23 Januari 2010

Bisik

Mengapa setiap desir ombak
Mengapa setiap hembus angin
Seolah-olah membawa
Seakan-akan terasa
Bisik...


Andai ombak dapat menerka
Andai angin dapat berbicara
Mengapa bisik...
Selalu menyapa-nyapa


Kututup mata tuk menjawab
Atas bisik yang setia merasuk
Juga menggema di gendang telinga
Hanya itu...
Hanya itu yang kubisa
Berharap bisik itu sirna
Lenyap...Walau hanya sekejap

Merindumu

Sehelai daun
Seutas benang
Juga segumpal batu
Tercecer kini ditiap hamparan


Kukira setiap ceceran
Daun, benang, juga batu
Hanyalah peristiwa alam
Yang berupa selintas kejadian


Tapi tiap tempat
Daripada hamparan
Berteriak juga mengejar
Aku yang terlilit bimbang


Kini...
Harus kusadari
Itu semua bukan kebetulan
Tetapi memang sebuah perasaan

Kamus Annis

Cinta itu ibarat pasir dalam genggaman. Jika kita genggam terlalu erat, maka cinta itu sedikit demi sedikit akan terlepas dari genggaman kita. Namun sebaliknya, jika kita genggam dangan penuh kelembutan, maka cinta itu akan tetap ada dalam genggaman kita selama kita tidak mencoba untuk melepasnya.


Cinta itu ibarat sekotak coklat. Manis. Cantik. Disukai semua orang. Rasa manis dalam coklat seperti cinta yang sedang melanda dan selalu terasa manis bila dikecap. Semua orang menyukai cinta. Karena kesederhanaan yang ada didalamnya tersimpan rasa manis bagi yang merasakannya. Namun, coklat bisa berbalik menjadi pahit, bila kita tidak bisa cara mengolah asal mula dari coklat tersebut. Maka dari itu, cinta harus berjuang. Berjuang agar cinta selalu terasa manis bagi yang menikmatinya.


Cinta itu ibarat soal matematika. Susah ditebak. Harus kita cari cara penyelesaiannya. Susah-susah gampang. Tapi bikin penasaran. Kita tidak dapat menebak-nebak kapan cinta itu datang. Cinta itu harus dicari tahu, meskipun tidak mudah. Karena itulah cinta membuat setiap insan penasaran ada apa dibalik kata cinta itu.


Cinta itu ibarat garpu. Terkadang membantu kita untuk mengambil butir demi butir cinta yang kita inginkan. Tetapi terkadang, juga dapat menusuk butir demi butir cinta yang telah kita ambil tersebut dan menancapnya hingga hingga terasa amat pedih.


Cinta itu juga ibarat antena pada TV. Bila kita tidak memakainya, cinta yang kita yang kita punya tidak akan berwarna dan akan terlihat buram. Namun, jika kita kita pakai dan gunakan dengan baik akan tercipta cinta yang penuh warna. Cerah. Ceria. Dan akan selalu menarik untuk dilihat.